Seorang Guru Harus Bisa Memberi Contoh dan Menjadi Contoh

Vadcoy.com – Pada kali ini, Mang Ocoy akan membagikan suatu cerita seorang guru yang selalu memberi contoh dan menjadi contoh bagi siswa-siswinya di sekolah.

Berikut ini adalah ceritanya!

Seorang Guru yang Memberi Contoh dan Menjadi Contoh

“Satu hal yang membuat saya menjadi terus bersemangat untuk pergi mengajar ke sekolah adalah dengan melihat siswa-siswi yang ceria. Bisa melihat siswa pagi-pagi dengan senyuman yang lugu dan polos adalah kebahagiaan tersendiri. Entahlah, mungkin inilah cara Tuhan membuat saya terus bisa menikmati kegiatan mengajar di sekolah.”

“Saat saya datang ke sekolah para siswa menyambutku dengan senyuman sambil menyalami dan mencium punggung tangan. Ketika keluar kelas, saat pulang apalagi, mereka tidak pernah bosan menyapa dan menyalamiku. Betapa indahnya kebersamaan itu. Saya pun akhirnya benar-benar menjadi sadar bahwa mendidik itu harus dengan senyuman.”

“Ya, senyuman. Cuma itu. Begitu masuk kelas saya coba dengan senyuman, terasa sentuhan hangat itu. Dan mereka mulai merasa nyaman, dan belajar pun jadi nyaman. Beda ketika saya datang wajah bengis membuat mereka menjadi sinis, pelajaran pun tak bisa habis.”

“Saya pun mulai menyadari bahwa menjadi contoh itu jauh lebih sulit ketimbang memberi contoh. Jika memberi contoh bisa dilakukan dengan ucapan atau keterangan-keterangan lisan, tapi jika menjadi contoh berarti harus siap dengan segala asfek tingkah dan laku. Contohnya, menjadi contoh ketika salat berjamaah.”

“Bila hanya berkoar-koar untuk menuntut agar siswa harus salat jamaah, maka sulit bagi mereka untuk beranjak dari tempat duduk, tapi bila kita sendiri yang lebih dulu  melangkahkan kaki ke masjid, maka tanpa disuruh pun mereka akan membututi dari belakang. Itulah hebatnya menjadi contoh.”

“Belakangan saya sering membutikan bagaimana membuat anak-anak mau menuruti apa yang saya inginkan. Caranya cukup saya yang lebih dulu melakukan. Ada pun perintah bisa menyusul dengan sekenanya saja.”

“Contoh bila saya ingin anak-anak membaca al-Qurannya maka saya yang lebih dulu memulai membaca al-Quran, kemudian saya mengeluarkan kata-kata, “Ayo buka al-Qurannya.” Saya tidak perlu menyuruh membacanya, tapi dengan sendirinya mereka dengan senang hati membaca al-Qurannya.”

“Di sekolah saya sering menyuruh anak-anak diam, sementara saya sendiri terus mengeluarkan kata-kata dengan mengucapkan, “diam semuanya, diam! Jangan ada yang berbicara, kayak pasar malam aja. Kalian tahu ini di mana?” Dengan cara seperti itu saya justru mengajak mereka berbicara.”

“Padahal bila mau melihat kelas menjadi senyap cukup saya diam saja, sambil menatap sekeliling, dengan ekspresi yang serius maka anak-anak akan diam. Baru setelah mereka benar-benar diam, bolehlah saya mengeluarkan kata-kata dengan penuh wibawa, dengan cara mengarahkan mereka ke materi pelajaran pada hari itu.”

“Tapi terkadang saya tidak bisa terlalu serius. Saya juga butuh canda. Sehingga para siswa pun kembali berbicara. Ini yang masih belum bisa kulakukan. Namun akan terus kucoba untuk lebih baik dan lebih baik lagi. Semoga bisa!”

Itulah cerita dari seorang guru yang selalu memberi contoh dan menjadi contoh bagi siswa-siswinya di sekolah. Semoga bisa bermanfaat bagi Anda semua!