6 Permasalahan dalam Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan Ekonomi Daerah

VADCOY – Kali ini Admin mau membahas tentang permasalahan-permasalahan yang ada dalam pembangunan ekonomi daerah. Ada 6 permasalahan dalam pembangunan ekonomi daerah, terutama di negara Indonesia. Berikut ini adalah permasalah-permasalannya.

1. Ketimpangan Pembangunan Sektor Industri

Adapun jika konsentrasi kegiatan suatu ekonomi yang tinggi di daerah tertentu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan antar daerah. Pertumbuhan ekonomi di daerah dengan kosentrasi ekonomi yang tinggi cenderung pesat, sedangkan di daerah yang konsentrasi ekonominya rendah ada kecenderungan tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonominya rendah juga.

Sektor ekonomi yang secara potensial sangat produktif disebut dengan istilah industri manufaktur. Hal ini bisa dilihat dari sumbangan terhadap pembentukan PDB atau PDRB. Apabila terjadi ketimpangan pembangunan sektor industri atau tingkat industrialisasi antar daerah adalah sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi antar daerah.

Oleh karena itu, tidak berkembangnya sektor industri di luar Jawa merupakan salah satu penyebab terjadinya kesenjangan ekonomi antara Jawa dengan wilayah di luar Jawa. Daerah luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan Timur, dan Papua bisa menjadi wilayah-wilayah yang sangat potensial untuk pengembangan sektor industri manufaktur. Hal ini dapat dilihat dari dua hal, yaitu:
  1. Ketersediaan bahan baku,
  2. Letak geografis yang dekat dengan negara tetangga yang bisa menjadi potensi pasar yang besar di samping pasar domestik.

2. Kurang Meratanya Investasi

Harrod-Domar ada korelasi positif antara tingkat investasi dengan laju pertumbuhan ekonomi, sehingga dengan kurangnya investasi di suatu daerah membuat pertumbuhan dan tingkat pendapatan perkapita masyarakat di daerah tersebut rendah.


Penyebab hal tersebut, karena tidak adanya kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktif seperti industri manufaktur. Dalam hal investasi, di Jawa tetap merupakan wilayah yang dominan bagi PMDN (hampir 66 %) Sumatera (16,1 %) dan selebihnya di Luar Jawa dan Sumatera.

Sedangkan untuk PMA hampir 77 % di Jawa dan 12 % di Sumatera. Sedangkan daerah lainnya jumlah investasi rata-rata kurang dari 5%. Sehingga, apabila selama ini ada transfer of technology, management, know-how, dan input-input postif lain yang dibawa oleh PMA, tentunya hal ini lebih banyak dinikmati oleh masyarakat dan dunia usaha di Jawa.

Terhambatnya perkembangan investasi di daerah disebabkan banyak faktor, di antaranya kebijakan dan birokrasi yang selama orde baru terpusat, keterbatasan infrastruktur, dan sumber daya manusia pada daerah-daerah di luar Jawa.

3. Tingkat Mobilitas Faktor Produksi yang Rendah

Penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi daerah adalah kurang lancarnya mobilitas faktor produksi, seperti tenaga kerja dan kapasitas antar daerah. Hal tersebut dikarenakan perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar daerah membuat terjadinya perbedaan tingkat pendapatan perkapita antar daerah.

Dengan asumsi bahwa mekanisme pasar output dan input bebas mempengaruhi mobilitas faktor produksi antar daerah. Apabila perpindahan faktor produksi antar daerah tidak ada hambatan, maka pada akhirnya pembangunan ekonomi yang optimal antar daerah akan tercapai dan semua daerah akan menjadi lebih baik.

4. Perbedaan Sumber Daya Alam (SDA)

Ada suatu pemikiran klasik yang mengatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah yang kaya SDA akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan dengan daerah yang miskin SDA. Hingga tingkat tertentu, pendapat tersebut bisa dibenarkan.

Maksudnya adalah sumber daya manusia dilihat hanya sebagai modal awal untuk pembangunan, dan selanjutnya harus dikembangkan terus-menerus. Untuk Itu diperlukan faktor-faktor lain, di antaranya adalah faktor teknologi dan sumber daya manusia.

Dengan penguasaan teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka lambat laun factor endowment lebih relevan lagi. Hal ini bisa dilihat seperti negara-negara maju, misalnya Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura yang miskin SDA.

5. Perbedaan Demografis

Permasalahan dalam ekonomi daerah di Indonesia juga disebabkan oleh perbedaan kondisi geografis antar daerah. Kondisi ini berpengaruh terhadap jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan penduduk, pendidikan, kesehatan, kedisiplinan, dan etos kerja. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan dan penawaran.

6. Kurang Lancarnya Perdagangan antar Daerah

Kemudian permasalahan yang terakhir dalam pembangunan ekonomi daerah adalah kurang lancarnya perdagangan antar daerah. Tentunya hal ini dikarenakan keterbatasan transportasi dan komunikasi. Jadi, tidak lancarnya arus barang jasa antar daerah mempengaruhi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dari sisi permintaan dan penawaran.
Baca juga:  Di Indonesia, lembaga keuangan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *