5 Paradigma dalam Pendidikan Menurut UNESCO

5 Paradigma Pendidikan Menurut UNESCO

Vadcoy.com – Organisasi yang bernama UNESCO telah merekomendasikan pembaharuan dalam pendidikan dan pembelajaran pada lima pokok paradigma pendidikan. UNESCO sendiri adalah kepanjangan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. Organisasi ini mengatur segala urusan yang berkaitan dengan pendidikan di seluruh dunia. Jika ada masalah pada pendidikan di suatu negara dan tidak bisa terselesaikan oleh negara tersebut, maka organisasi inilah yang akan menanganinya.
Adapun lima pokok paradigma menurut UNESCO dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut.

1. Learn to Know

Learn to know menurut terjemahan bahasa Indonesia adalah belajar untuk mengetahui. Seorang guru harusnya bisa menjadi pembimbing bagi peserta didiknya. Sudah tidak ada lagi jika peserta didik dimotivasi oleh gurunya dengan diceramahi terus-menerus. Hal tersebut hanya akan membuat peserta didik menjadi pasif dan tidak kreatif dalam belajar sendiri.

Dengan diberikan bimbingan oleh gurunya, peserta didik akan belajar sendiri dan sedikit-demi sedikit menjadi aktif tanpa dibimbing di kemudian hari. Sehingga akan muncul kebutuhan dari dirinya sendiri untuk mendapatkan berbagai informasi dan ilmu-ilmu lainnya untuk dipelajari.

2. Learn to Do

Learn to do menurut terjemahan bahasa Indonesia adalah belajar untuk melakukan. Guru melatih peserta didik untuk melakukan suatu perbuatan pada dirinya, atau perbuatan yang produktif dalam ranah pengetahuan, perasaan, dan keinginan. Kemudian mereka juga dilatih untuk aktif dan positif daripada aktif dan negatif. Secara bertahap guru mengajarkan kepada mereka tentang segala perbuatan yang positif. Bukan ahanya mengajarkannya saja, guru juga harus bisa meberikan contoh kepada mereka.

Baca juga:  Pengolahan Hasil Penilaian Siswa SMA pada Masa Pandemi Covid-19

Rekomendasi: 27 Larangan Guru saat Mengajar di dalam Kelas (Episode 1)

3. Learn to Live Together

Learn to live together menurut bahasa Indonesia adalah belajar untuk hidup bersama. Maksudnya adalah seorang guru harus bisa mengajarkan peserta didiknya agar bisa hidup bermasyarakat. Dalam artian, peserta didik harus bisa bersosialisasi terhadap teman-temannya di lingkungan sekolah. Lalu di luar lingkungan sekolah, seperti lingkungan tetangganya, teman-teman dekat rumahnya, dan teman tetangga desanya.

Oleh karena itu, guru yang profesional harus mempunyai kecerdasan sosial. Kecerdasan ini berguna untuk mengajarkan peserta didiknya agar mereka bisa bersosialisasi dengan baik terhadap teman-temannya. Karena ada juga peserta didik yang tidak bisa bersosialisasi dengan baik, sehingga menjadikannya memiliki banyak musuh dan hidupnya penuh ketidaknyamanan. Jadi, guru haruslah bisa membimbing peserta didiknya agar bisa berprilaku baik ketika mereka bergaul terhadap sesama.

4. Learn to Be

Learn to be menurut bahasa Indonesia adalah belajar untuk menjadi. Peserta didik harus bisa menjadi seorang manusisa yang seutuhnya. Guru sangatlah berperan besar dalam proses tersebut. Bagaimana caranya mereka mendapat kepercayaan, dihargai, dihormati, dan tidak dilecehkan oleh orang lain. Seorang guru juga harus bisa membimbing peserta didiknya agar bisa menemukan jati dirinya dan mendapatkan kepercayaan diri yang kuat. Sehingga ketika sudah besar kelak, mereka bisa kuat dan tegar dalam menghadapi suatu masalah yang dialaminya. Bahkan lebih baiknya lagi, mereka bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi orang lain.

Rekomendasi: 21 Karakteristik Sekolah yang Maju dan Efektif (Episode 1)

5. Learn Throughout Life

Learn throughout life menurut bahasa Indonesia adalah belajar sepanjang hayat. Hal ini berlaku bukan hanya untuk peserta didik saja, tetapi berlaku juga untuk sang guru. Karena manusia wajib untuk mencari ilmu mulai dari lahir sampai meninggal dunia. Maka ketika peserta didik lulus dari sekolah, dia tidak boleh berhenti belajar sampai dewasa, bahkan sampai tua nantinya.

Baca juga:  40 Kata-kata Ucapan Selamat Tahun Baru Imlek 2022/2573

Oleh karena itu, guru harus bisa memberikan pemahaman kepada peserta didiknya tentang belajar sepanjang hayat atau seumur hidup. Jangan biarkan peserta didik putus belajar, walaupun mereka sudah tidak belajar pada lembaga pendidikan formal. Mereka bisa belajar di luar pendidikan formal, yaitu pendidikan informal, non formal, bahkan belajar pada pengalaman termasuk hal yang penting.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *